Karena Hidup adalah Belajar Untuk Terus Bersyukur
Hari ini, Idul Fitri mengajarkanku satu hal lagi. Pelajaran tentang sebuah kehidupan. Hidup adalah belajar.
Ya, berawal dari ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H dari sms seorang teman. Begini kutipan sms tersebut, yang nantinya akan kita renungkan.
“ Hidup adalah belajar…
Belajar bersyukur meski tak cukup…
Belajar ikhlas meski tak rela
Belajar memaafkan demi sebuah kesempatan…”
Ya kutipan tersebut begitu menginspirasi kita semua untuk sejenak merenung.
Hidup sejatinya belajar, belajar terus dari buaian sampai liang lahat. Belajar apa saja !
Pelajaran pertama dari sms tersebut :
“Hidup adalah belajar “
Belajar untuk bisa belajar memaknai kehidupan ini. Senang,susah,sedih,kecewa,nelangsa,nestapa,bahagia,riang,resah,gundah. Semua adalah bagian kecil dari sebuah drama kehidupan. Drama kehidupan yang pasti akan dirasakan oleh anak manusia. Yang membuat semua akan berjalan baik-baik saja ataupun terasa berat adalah tergantung dari cara kita menyikapinya. Ketika Allah SWT meniupkan ruh kepada manusia pertama Adam A.S setelah itu Adam A.S hidup mulailah ia mendapat berbagai macam pengajaran tentang segala yang baru dilihatnya.Allah lah yang mengajarkannya untuk mengetahui semua mahluk yang ia lihat.
Allah memberikan potensi akal dan pikiran untuk dapat dioptimalkan dengan baik oleh manusia. Permasalahan yang mendasar adalah apakah kita sebagai manusia dapat memanfaatkan potensi akal dan pikiran tersebut ? Semoga kita orang-orang yang selalu mengedepankan akal untuk dapat menyeimbangkan segala skenario yang allah beri pada kita.
Pelajaran kedua :
“Belajar bersyukur meski tak cukup”
“وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Belajar bersyukur. Alquran menuntun untuk senantiasa bersyukur dalam keadaan berkecukupan ataupun kekurangan. Tetapi hakikatnya kehidupan kita selalu berkecukupan, Allah senantiasa mencukupi hamba-hambanya. Seekor burung keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar dan kembali pulang dalam keadaan kenyang. Hal ini membuktikan Allah tak pernah menyianyiakan hamba-hambaNya. Allah Maha Pemelihara, baik di pagi maupun malam hari.Permasalahannya terkadang parameter kecukupan selalu diukur dari harta yang melimpah. Tak pernahkah sedikit kita melihat betapa cukupnya kehidupan kita jika dibanding saudara-saudara kita yang jelas terlihat kurang. Tetapi justru saudara kita yang kita anggap kurang tetapi justru mereka merasa cukup.Apa yang membuat mereka cukup ?? Rasa Ridho, Ridho pada semua pemberian Allah pada semua hambaNya. Kembali ke pelajaran pertama, yang mengendalikan perasaan cukup terhadap yang Allah berikan adalah akal dan pikiran yang mengerti akan rahasia yang diberikannya. Pemahaman kita akan penggalan surat Ibrahim ayat 7 “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Sangat berkolerasi dengan perasaan ridho pada semua yang Allah berikan pada kita. Yakin bahwa jika bersyukur Allah pasti akan menambah nikmat kita, tetapi jika kita merasa kurang maka sama dengan kita kurang ridho menerima yang Allah beri, maka hasilnya keadaan yang sempit semakin menghimpit didunia dan azab yang pedih di akhirat.
Permasalahan cukup atau tak cukupnya suatu materi yang kita miliki, Allah kembali memberi tuntunan dan kebebasan melakukan pilihan. Dalam surat Arradu ayat 11 : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
Ayat tersebut juga menekankan bahwa Allah memberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya untuk sebuah kebaikan baik di dunia maupun diakhirat. Termasuk untuk menambah kenikmatan yang nantinya akan ia rasakan karena kerja kerasnya dan tentunya karena rahmat Allah SWT.
Maka jika kutipan sms itu saya boleh sedikit saya tambahkan “ Belajar Bersyukur agar bertambahnya suatu nikmat, jangan pernah merasa kurang agar Allah memberikan berbagai kecukupanNya”. Kecuali merasa kurang dalam beribadah atau dalam berbakti pada Allah yang wajib kita lakukan.
“Belajar Ikhlas meski tak rela”, jika boleh saya ubah belajar ikhlas ketika tak relaan itu datang segeralah menyadari bahwa segala sesuatu pasti bersumber pada sang Khaliq.
Semakin merasa tak rela maka akan semakin kita terjepit dan semakin berusaha untuk berontak agar dapat keluar dari ketidak-relaan tersebut justru membuahkan penyakit bagi kita sendiri.
Ya semuanya adalah belajar, belajar untuk menjadi hamba-hambanya yang kelak akan mendapat raport biru dihadapan Rabb semesta alam
Kedua hal tersebut sangat terkait dengan mahluk dan khaliq nya. Rasa syukur dan Ikhlas berbanding lurus dengan keimanan.
“Fabbiayyialairabbikuma tukadzibaan ( maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan…)
Betapa banyak karunia yang Allah berikan pada kita.
Pelajaran ketiga :
Hubungan dengan manusia.
“Belajar memaafkan demi sebuah kesempatan...”
Hal ini sangat menarik untuk kita bahas, namun sepertinya saya simpan dulu, lain waktu kita sambung lagi untuk pelajaran ketiga dari sms teman saya itu.
Seperti inilah kira-kira interpretasi saya dari sms seorang teman.Cukup inspiratif.
Allakulihal, thank you pren, lain kali kirimi saya kata-kata yang menginspirasi lagi. Semoga Allah menjadikan kita sebagai pelajar yang berprestsi dihadapan-Nya.
Allahualam Bishowab
(dapat dibaca juga di www.putseerdjmount2009.multiply.com www.ngerumpi.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar