Mormotomyia hirsuta, atau lalat dengan bulu lebat, pertama kali ditemukan dalam gua batu di Kenya, Afrika, sekitar 60 tahun silam.
Sayapnya tak terlalu besar sehingga tak bisa terbang. Matanya kecil dan merah, tak seperti mata lalat pada umumnya.
Serangga ini lebih menyerupai laba-laba ketimbang lalat. Para ilmuwan pertama kali menemukannya pada 1933. Lalu, ditemukan lagi pada 1948.
Robert Copeland dari International Center of Insect Physiology and Ecology and Texas A&M University mengatakan, "Karena Mormotomyia tak bisa terbang, kemungkinan besar habitatnya tak terlalu menyebar."
"Jika benar, seluruh pegunungan Ukazi, tempat ditemukannya makhluk kecil ini, harus dinyatakan sebagai kawasan konservasi yang dilindungi," katanya.
Lalat berbulu kuning itu kembali ditemukan oleh Copeland dan rekannya Ashley Kirk-Spriggs di Pegunungan Ukazi baru-baru ini. Selain itu, lalat tersebut terlihat di Thika-Garissa Road.
Seperti kebanyakan makhluk hidup, lalat jantan memiliki bulu yang lebih lebat daripada sang betina.
Menurut Copeland, selain jumlahnya lebih sedikit, bulu di tubuh lalat betina lebih pendek jika dibanding lalat jantan.
Para ilmuwan belum dapat memastikan penyebab lebatnya bulu di serangga itu. Namun Copeland berspekulasi bahwa bulu-bulu tersebut untuk menarik perhatian lawan jenis.
Penjelasan lain tentang kegunaan bulu yang lebat ini, menurut Copeland, adalah sebagai penyamaran. Atau mungkin untuk mengusir predatornya.
"Tapi, pertanyaannya, mengapa lalat betina memiliki bulu yang pendek dan tak sebanyak lalat jantan?" ucap Copeland.
Dari 150 ribu lebih spesies lalat yang ada di muka bumi, dapat dikelompokkan dalam 100 famili. Tapi tak ada satu spesies pun yang memiliki bulu sebanyak Mormotomyia hirsuta.
Masih banyak hal yang belum terungkap tentang makhluk kecil ini. Copeland berencana melakukan penelitian lebih lanjut dan mengungkapkannya pada tesisnya dalam waktu dekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar